biopsiko neuro imun




BIOPSIKONEUROIMUN
2 mei 2012 By: Mrs.Warih Andan Puspitosari
1. REVIEW ANATOMI FISIOLOGI OTAK
A. Sistem Saraf (Nervous System) Sistem Saraf Pusat (Central nervous system)
• Terdiri dari otak dan spinal cord. Memegang peranan penting dalam memahami gangguan jiwa.
System Saraf Perifer Peripheral nervous system (PNS)
• Terdiri dari saraf-saraf perifer. Masih lebih sedikit diketahui dalam pemahamaan gangguan jiwa.


a. Cerebrum (Otak Besar)
• Cerebrum merupakan bagian paling besar dari otak dan dibagi menjadi dua bagian kiri dan kanan.
• Bagian kanan: Mengendalikan fungsi tubuh bagian kiri.
• Cerebrum lebih lanjut dibagi menjadi empat lobus : Frontal, temporal, ocipital, parietal
b. Basal ganglia
• Mempunyai fungsi dalam aktivitas motorik involunter seperti tonus otot, tingkah laku dan koordinasi pergerakan otot dan refleks secara umum.
• banyak pengobatan psychotropika berdampak pada saraf motorik extrapyramidal dan jalur saraf yang menyebabkan efek samping pergerakan tanpa disengaja atau involunter oleh pasien.
c. Sistem Limbic
• Sistem penting untuk modulasi dan pengaturan emosi
• Sistem Limbic juga berfungsi pula sebagai pusat emosi.
d. Hipothalamus
• Sebagai pengatur napsu makan dan sensasi lapar.
• Fungsi lainnya adalah mengatur siklus tidur-istirahat
• Mood dan motivasi
• Sexual maturasi
• Temperature regulasi
• Hormonal body processes
e. Hippocampus
• Hippocampus mengatur fungsi memori yang berkaitan dengan pelajaran.
• Selain itu juga bertanggungjawab dalam hal memori yang dihubungkan dengan daya ingat dari suatu peristiwa.
f. Amygdala
• Fear
• Anger dan aggresi
• Kenyamanan dalam lingkungan sosial
g. Kortex Cerebral
• Berfungsi dalam mengendalikanl berbagai fungsi perilaku.


• Kortex Cerebral merupakan lapisan otak kecerdasan yang juga bertanggung jawab untuk sebagian besar perilaku yang manusia seperti suara, pengamatan, pertimbangan, persepsi, dan fungsi motorik.
B. Neurophysiologi dan Otak a. Neurotransmitter
• Merupakan zat kimia yang berkomunikasi dan memberi informasi dari satu sel ke sel yang lain.
• Neurotransmitter berfungsi membedakan fungsi dari berbagai jaringan otak.
b. Jenis-jenis Neurotransmitter
• Acetylcholine
• Dopamine
• Norephinephrine
• GABA
• Serotonin
• Glutamate
• Endorpine
• neuropeptide lainnya.
c. Fungsi Neurotransmitter
• Acetylcholine (ACh) - mengatur atensi, memori, rasa haus, pengaturan mood, tidur REM,
memfasilitasi perilaku sexual dan tonus otot.
• Dopamin - mengatur fungsi pikiran, pengambilan keputusan, perilaku reward-
seeking - Kekurangan : Parkinson - Kelebihan Skizofrenia
• Norepinephrin - mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; mengatur
“fight-flight”dan proses pembelajaran dan memori - Kelebihan : anxietas
d. Serotonin (5HT)
• Fungsi Utama dari Serotonin (5HT) adalah dalam pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status mood dan temperatur tubuh serta


berperan dalam pengaturan agresi dan marah, libido serta tanda awal melatonin.
• Kelainan dari sistem reseptor tersebut berimplikasi terhadap banyak gangguan jiwa yang mencakup ansietas, depresi, psikosis, migren, gangguan fungsi seksual, tidur, kognitif, dan gangguan makan.
e. Glutamat
• Gangguan pada neurotrasmitter ini akan berakibat gangguan atau penyakit bipolar afektif dan epilepsi. Selain itu Glutamat juga berperan dalam fungsi rasa nyaman.
Amino butyric acid (GABA) Fungsi Utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi agresi, kecemasan dan aktif dalam fungsi eksitasi. Endorphin
• Berperan dalam persepsi kesenangan dan sakit yang dapat dipahami oleh otak melalui suatu transmisi.
• Dalam keadaan defisit adalah Keluhan Somatic
Stres dan Kesehatan Fisik (Psikofisiologik)
a. Stres
• Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia
• Tidak ada seorangpun yang bebas dari stres→ freedom of the stress means death
• Stres akan menimbulkan gangguan jika seseorang tidak bisa beradaptasi dengan baik
• Setiap hal dapat menyebabkan stres, sejauh diterima sebagai hal yang tidak menyenangkan.


• Walaupun demikian, beberapa kejadian yang menimbulkan stres (seperti persaingan ketat dalam olah raga) dapat memacu orang untuk berprestasi lebih baik.
• Ada eustress (stres baik) dan distress (stres buruk)
b. Stres
• STRESS adalah segala situasi dimana tuntutan non specific mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976).
• Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, B.A., 1999).
• Stres dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan individu terhadap penyakit (Rahe, 1975).
• Stres dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan individu terhadap penyakit (Rahe, 1975).
RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
1. Local Adaptation Syndrom (LAS)
• Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS : 1. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua
system. 2. Respon bersifat adaptif diperlukan stressor untuk
menstimulasikannya. 3. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus. 4. respon bersifat restorative.
• Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat
• Respon refleks nyeri


respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam
2. General Adaptation Syndrom (GAS)
a. Fase Alarm ( Waspada)
– Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stressor. – Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. – Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. – Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut
nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
b. Fase Resistance (Melawan)
– Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan
psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. – Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. – Bila teratasi gejala stress menurun / normal
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.


FAKTOR HIPOFISIOTROPIK
Hipofise anterior/adenohipofise
• Indikator fisiologis stress
1. Kenaikan tekanan darah 2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung. 3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan 4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin 5. Postur tubuh yang tidak tegap 6. Keletihan 7. Sakit kepala 8. Gangguan lambung 9. Suara yang bernada tinggi 10. Mual,muntah dan diare. 11. Perubahan nafsu makan 12. Perubahan berat badan 13. Perubahan frekwensi berkemih 14. Dilatasi pupil 15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur


Stres dan sistem imun/kekebalan tubuh
Penelitian-penelitian :
• Terjadi penurunan proliferasi sel T(sistem kekebalan) pada pasangan yang berduka cita, bahkan dua bulan setelah kematian pasangan.
• Aktivitas sel pembunuh alami (natural killer cell) dipengaruhi oleh tingkat stres pada mahasiswa perguruan tinggi.
• Pelajar dengan ketrampilan yang buruk dalam mengatasi masalah dan yang mengeluh kesepian adalah paling sering mempunyai sitem imun yang abnormal.
• Pasien dengan gangguan Depresi/stres berat mengalami penurunan proliferasi sel T dan penurunan pada keseluruhan jumlah limfosit (sistem kekebalan menurun).
Stres dan penyakit kulit
• Stress berhubungan dengan kejadian Dermatosis (radang kulit)
• 40% penderita dermatologik memiliki faktor emosional yang berperan
• Setiap dermatosis memiliki faktor psikosomatik sampai derajad tertentu Hal ini disebabkan karena :
• Stress psikologis dapat mempengaruhi fungsi barier (pertahanan ) kulit sehingga menyebabkan induksi (memicu) radang kulit atau memperberat radang yang sudah ada.
• Stress menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kortison plasma darah yang untuk selanjutnya menyebabkan terjadinya peningkatan proliferasi keratinosit dan pelepasan sitokin pro inflamatori dengan hasil akhir terganggunya homeostasis barier (pertahanan) kulit.
1. Dr Carloss Iribarren, Kaiser Permanente Medical Program,Oakland-
California :
- Study : rasa permusuhan terhadap kejadian atherosklerosis
Rasa permusuhan :amarah, sinisme, ketidak percayaan thd orang lain, perilaku agresif - KESIMPULAN : Subyek yang memiliki rasa permusuhan di atas rata
mempunyai risiko 2,5x mengalami atherosklerosis 2. Kepribadian tipe A berhub dengan penyakit Cardiovaskuler 3. Depresi dan stres mental menjadi risiko terjadinya penyakit jantung iskemi (serangan jantung)(Cleve Clin J med.2008 mar;75 Suppl2:S20-5)


Stres dan nyeri
• Stres berhubungan dengan keadaan nyeri kronis → endorphin
• Stres → kontrol kurang terhadap EBV→ sistem imun tubuh BRIAN A. ESTERLING, B.A., et al. University of Miami, Coral Gables, Florida.
Stres dan gangguan lambung
• Secara teknis rasa cemas akibat pekerjaan menyebabkan saraf simpatis bekerja lebih aktif menstimuli hormon cathecholamin meningkat, menyebabkan sekresi asam lambung melonjak pula.
• Ditambah lagi dengan makan yang tidak teratur karena menyesuaikan dengan waktu kerja yang padat.
• Dillon dkk 1986 : KE melihat video humor & KK melihat video didaktif; KE memiliki kadar immunoglobulin A > KK
• Diulang o/ Lambert : subjek anak SD, hasilnya sama Cohen dkk (2003) : 334 subjek dewasa.
Kelp emosi +
Kelp emosi –
HASIL : Kelompok emosi +, mengalami peningkatan regulasi substansi yg melawan infeksi (interleukins-6), lebih resisten thd gejala flu.
• Cohen dkk (Bower 2006), 193 subjek ; emosi positif mencegah gejala flu yg segera. Kelompok emosi + ada 14 (dari 50 orang) atau 28 % melaporkan gejala flu. Kelompok emosi negatif ada 23 dari 56 atau 41 % melaporkan gejala flu
diberi virus flu melalui hidung.

Comments